Kamu ingin
menjadi guru….?
Sebuah
pertanyaan sederhana yang kerap saya lontarkan sebagai pertanyan terakhir atau
penutup saat menjadi penguji di sidang skripsi mahasiswa. Reaksi mahasiswa
terhadap pertanyaan tersebut ternyata tidak sesederhana pertanyaannya, banyak
yang di luar dugaan. Ada mahasiswa yang tiba-tiba menangis tersedu-sedu, ada
yang menjawab “iya bu” dengan penuh percaya diri, ada juga yang menjawab “pada
awalnya tidak bu…” dan masih banyak lagi yang lain. Semua jawaban dan reaksi
mahasiswa tersebut membuat saya bereaksi dengan perasaan dan pikiran yang
kadang menjadi perenungan panjang.
Kamu ingin menjadi guru….?
Apakah itu pertanyaan yang aneh untuk sebuah cita-cita?
Guru adalah sebuah profesi yang harus dijalankan dengan professional,
karena guru merupakan salah satu variable penting dalam keberhasilan
pendidikan. Jika kita tidak yakin dengan jawabannya, maka semakin sulitlah kita
menjadi guru yang baik yang kompeten di bidangnya.
Kamu ingin menjadi guru….?
Buat mahasiswa yang menjawab dengan percaya diri “iya bu,
saya ingin menjadi guru”, saya ingin memberikan nasehat sederhana untuk menjadi
guru yang siap mengajar generasi millennial
di era yang sangat kompetitif.
Jadilah guru yang mampu:
1.
Membangun kepercayaan melalui komunikasi yang
jujur
Menjadi guru di era kemudahan akses informasi bukan lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar. Siswa dengan mudah mendapatkan informasi dari
beraneka sumber belajar. Oleh sebab itu, guru harus siap menyampaikan
ketidaktahuannya kepada siswa, jika ada permasalahan yang belum bisa
terpecahkan. Tentunya dengan catatan akan mencaritahu kemudian. Sikap ini
secara tidak langsung menumbuhkan kepercayaan dalam diri siswa bahwa guru tidak
asal menjawab pertanyaan. Selain itu memberi teladan kepada siswa untuk berani
mengakui kesalahan, menyatakan tidak tahu dan tetap bersemangat mencari solusi
dari ketidaktahuannya.
2.
Memberikan apresiasi pada setiap pekerjaan siswa
Guru tidak boleh bosan memeberikan apresiasi kepada siswa. Contoh
sederhana apresiasi yang dapat diberikan oleh guru adalah memberi komentar pada
jawaban siswa baik saat menjawab secara lisan atau pada jawaban tes tertulis.
Seandainya siswa menjawab kurang tepat, guru tetap harus memberi memberi
apresiasi, agar siswa tetap bersemangat, percaya diri serta tidak takut salah.
3.
Menyampaikan pelajaran melalui contoh kasus
keseharian
Guru dapat menggunakan contoh kasus yang pernah atau sedang terjadi disesuaikan
dengan topik yang akan diajarkan. Memahami keterkaitan topik yang diajarkan
dengan kejadian keseharian membuat siswa lebih memaknai pembelajarannya atau
belajar menjadi lebih bermakna.
4.
Memanfaatkan medsos sebagai media pembelajaran
Di era teknologi yang berkembang demikian pesat, hampir semua siswa di
sekolah mempunyai akun medsos. Guru yang cerdik akan memanfaatkannya menjadi
media pembelajaran atau ruang belajar alternatif yang menyenangkan bagi siswa.
5.
Melatih belajar mandiri melalui mind mapping
Guru harus memberi ruang kepada siswa untuk belajar membangun dan mengembangkan
sendiri pengetahuannya. Salah satu cara yang menyenangkan, guru menyediakan
satu topik besar yang akan dipelajari, kemudian siswa-siswa diberi kebebasan
untuk membahas topik tersebut secara detil dari berbagai sudut. Mind map dari setiap siswa pada akhirnya
akan saling melengkapi satu sama lain dengan konfirmasi dari guru.
6.
Mengoptimalkan power point untuk memfokuskan perhatian
Mengapa ini saya selipkan? Karena yang kebanyakan terjadi, power point yang dibuat guru sama
seperti memindahkan buku teks ke dalam tayangan. Seharusnya power point dimanfaatkan untuk
memfokuskan inti materi yang dipelajari sehingga memudahkan siswa dalam mengingat
dengan mendeskripsikan sendiri penjelasannya. Untuk lebih menarik perhatian dan
menjaga semangat siswa, dalam power point dapat diselipkan video singkat, musik
atau animasi yang sesuai.
7.
Memfasilitasi siswa belajar di luar kelas
Outdoor activity…. sesekali perlu
dilakukan guru agar suasana belajar selalu kondusif dan dapat meningkatkan
kepekaan siswa terhadap alam dan lingkungan tempatnya berada. Di samping itu, kegiatan
di luar kelas dapat digunakan guru untuk menyampaikan pengetahuan yang mungkin
tidak diperoleh siswa dari buku teks pelajaran.
8.
Menyiapkan permainan sebagai sarana belajar
Istilah
belajar sambil bermain memang layak dilakukan, terutama sebagai variasi dalam
menyampaikan materi pelajaran. Beragam permainan dapat disiapkan guru untuk
membuat pembelajaran di kelas tidak membosankan, mengalihkan sejenak kejenuhan
siswa untuk kembali fokus kemudian. Permainan-permainan sederhana yang tidak
membutuhkan banyak waktu dan tentunya sesuai dengan materi pelajaran yang
disampaikan akan membuat pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. (akan disajikan beberapa contoh pada tulisan berikutnya)
Semua uraian di atas pasti sudah sangat biasa dan tidak
asing lagi, namun saya selalu tergelitik menyampaikan dan mengingatkan kembali
untuk mahasiswa-mahasiswa saya yang akan lulus. Karena pada merekalah saya
menaruh harapan untuk berkontribusi positif terhadap upaya perbaikan kualitas
pendidikan di tanah air tercinta, walaupun hanya seperti setetes air di tengah
samudra. (MP)